Wednesday, 16 May 2012

Curhat Widi ke Anggota DPR: Nasib Kami tak Diperhatikan


TRIBUNNEWS.COM,PURWOREJO--Suaranya parau, sesekali tersendat ketika berbicara. Perempuan berjilbab itu memegang mic dan melanjutkan suaranya bergetar.
"Saya mohon, pak, dengarkan curhat saya dan teman-teman. Inilah kami, nasib guru tidak tetap dan pegawai tidak tetap (GTT dan PTT) Purworejo. Kami bekerja keras, lebih rajin namun nasib kami tak diperhatikan," keluh Widi.
Widi Astuti, demikian nama perempuan tersebut, berbicara di hadapan Bambang Sutrisno, seorang anggota DPR RI Komisi II DPR. Bertempat di gedung PGRI Purworejo, Jumat malam (11/5) sekitar 250 orang GTT dan PTT sekabupaten Purworejo berkumpul dan mengadukan nasibnya kepada Bambang.
Widi bercerita perihal nasibya sebagai GTT sejak 2005 yang terkatung-katung. Berulangkali ia mengadukan nasibnya ke dinas terkait namun belum juga ada kejelasan. Karena itulah, ketika ada kesempatan bertemu dengan seorang wakil rakyat, maka ia memanfaatkannya sebaik mungkin.


Widi tidak sendirin. Malam itu, silih berganti para GTT dan PTT mencurahkan perasaan dan penderitaannya di depan Bambang. Sesekali, dari arah belakang gedung beberapa orang GTT dan PTT menimpali, membuat suasana semakin riuh.
Sri Widati, seorang guru TK Wiyata Bakti menceritakan kisahnya. Tak jauh berbeda dengan Widi. Ia mengaku pernah masuk ke daftar kategori satu tenaga honorer yang menunggu proses untuk diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Namun, ketika ia mengurus pemberkasan, berulangkali berkasnya ditolak.

Alasannya, SK yang ia miliki dikeluarkan oleh Yayasan atau kepala sekolah. Padahal, menurutnya, hampir semua yang telah masuk daftar resmi di dinas memiliki SK yang dikeluarkan kepala sekolah atau yayasan.
Ketua Forum Komunikasi GTT dan PTT, Emir Toberlan SPd dalam acara tersebut menyatakan, pihaknya mengadakan pertemuan ini sebagai satu jalan keluar untuk mengadukan nasib mereka. Ia menyatakan tidak ingin menjegal mereka yang sudah terdaftar dalam Tenaga Honorer Kategori 1.
"Kami hanya ingin mendapat perlakuan yang sama berdasarkan asas keadilan. Berdasarkan peraturan pemerintah kami ingin diangkat secara bertahap. Namun kami malah mendapat perlakuan tidak adil dan banyak yang belum pernah terekam pendataan," jelas Emir.
Perwakilan GTT SMP, SMA, SMK Bejo Suhartanto menyatakan, masalah GTT dan PTT ini merupakan masalah lama yang belum juga terpecahkan. Dia berharap ia dan rekan-rekannya diangkat menjadi CPNS atau minimal terdaftar dalam Daftar Tenaga Honorer Kategori 2.
Pernyataan yang sangat menarik datang dari perwakilan GTT/PTT SD Ery Pramudyanto. Sebagai GTT dan PTT SD ia dan rekan-rekannya memiliki tugas yang jauh lebih berat dari mereka yang sudah PNS. Mereka harus pulang paling akhir dan mengerjakan berbagai tugas selain mengajar. mereka juga harus melakukan tugas administrasi.
"Tugas kami rangkap dan banyak, tapi keberadaan dan kesejahteraan kami kurang diperhatikan," tukas Ery.
Dalam kesempatan itu, Bambang Sutrisno kemudian meminta para GTT dan PTT yang memperjuangkan nasibnya tersebut, tidak berjuang sendirian dalam lingkup Purworejo saja. Dia berharap mereka menggalang suara dari GTT dan PTTT se-Kedu Selatan.
"Kalau suara diteriakkan bersama se-Kedu maka suara tersebut mau tidak mau akan didengarkan oleh pemerintah. Saya hanya bisa membantu untuk meneruskan dokumen para GTT dan PTT Purworejo ini ke menteri yang bersangkutan," jelas Bambang yang berasal dari Fraksi Partai Golkar ini.
Namun Bambang meminta, agar dokumen yang dikumpulkan oleh para GTT dan PTTT Purworejo tersebut dilengkapi. "Kita gerak cepat agar masalah ini cepat selesai," tegasnya.

No comments:

Post a Comment